Seperti hari-hari sebelumnya, seperti biasanya, begitu selesai dengan urusan perkuliahan, sore sampe malem gue selalu stand by di kantor departemen. Ya, mau puas-puasin aja sih sebenernya karena begitu sebentar lagi gue lengser dari jabatan, gak bisa lagi ngerasain tekanan kerjaan dengan begitu nikmatnya. Mungkin akan berkurang pusing gue di meja sana. Akan berkurang garuk-garuk kepala gue. Akan berkurang muka stress gue. Tapi apapun itu gue sangat amat seneng ngejalanin ini semua selama satu tahun terlebih gue punya tim hebat yang selalu ngebantu dan ngasih ide-ide cemerlang.
Yah, inilah aturan kehidupan. Setiap yang berawal pasti akan berakhir. Jabatan gue berakhir. Mungkin ini waktunya untuk membenahi kehidupan gue sendiri yang selama ini agak ternomorduakan. Mungkin pun nanti gue main ke kantor ini cuma sebagai penasihat buat orang yang gantiin posisi gue.
Segala kenangan itu akan segera sirna. Ditelan roda waktu yang terus berputar. Roda yang begitu kejam, tak kenal siapa yang ada, terus melindas mereka sang panghadang. Dan tak ada waktu untuk mereka para pecundang. Ya itulah watu, begitu ganas, namun amatlah berharga. Tak bisa kita ulang dan sering membuat kita kesal. Kesal akan perbuatan kita yang tak menyadari bahwa dia takkan berulang.
Orang-orang yang kadang nemenin gue pun juga gak akan lagi bisa bersama gue kayak gini untuk kedepannya. Dari sekian banyak orang satu-satu udah mulai ‘ngucapin’ salam perpisahan. Salah satu contohnya temen gue ini, yang kemarin keliatannya terakhir kali dia dateng, dia yang selama ini tempat berbagi cerita untuk dipecahkan, menghibur, kadang juga bawa makanan saking gak sempetnya gue makan. Sungguh, sungguh demi apapun secara jujur gue sangat sedih. Tapi gue harus rela ini terjadi.
Pertemuan ‘perpisahan’ ini berlangsung lumayan lama sampe malem karena di luar hujan deras gak berhenti. Satu-satu orang di kantor mulai pulang karena pada bawa payung. Gue? Oh tentu tidak, karena bawa payung menurut gue gak ganteng. Lebih gagah terhujam derasnya hujan, kayak di pelem-pelem jaman sekarang. Ngeri ga? Hehehe.
Akhirnya kita nunggu ujan berenti duduk di bawah karena gak enak sama CS. Kantor mau dikunci dan mereka mau pulang kangen anak bini. Gue pun udah ngantuk sekaligus lapar sebenernya. Tapi semua itu kalah dengan kesempatan yang mungkin gak akan ada lagi. Bisa ngobrol melewati malam bersama. Pertemuan malam ini terasa begitu sempurna karena semua masalah yang tersisa bisa terselesaikan dengan begitu jelas. Jelas bahwa gak ada lagi yang mengganjal dan jelas ini semua akan berakhir. Tapi hati kecil gue yang nakal berharap ini bisa terus berlanjut dan batin pun melantun
Feeling like you’ve got no place to run
I can be your shelter till it’s done
We can make this last forever
So please don’t stop the rain
Please don’t stop the rain nya Jim Morisson pun mengalun dalam benak gue. Karena kalau gue lafalkan bakal jelek, meski lebih jelek muka si Friska (lagi-lagi bung,teman kita yang satu ini jadi tumbal ketidakadilan. Miris). Sedikit harapan untuk tidak membiarkan ini semua berakhir. Berharap ini bisa menjadi awal. Namun sayang, ternyata gue berharap tentang awal disaat akhir.
Gue berharap hujan terus turun dan tidak berhenti. Karena didalam hujan ada sebuah lagu. Lagu bagi mereka yang rindu. Dan hujan pun bisa membuka kembali memori masa lalu. Memori indah di waktu terdahulu.
Akhirnya, lamunan gue pun terhenti karena nampaknya hujan ini harus kita lalui karena malam yang semakin larut dan hal lain pun menunggu untuk diselesaikan. Sekali lagi sodara-sodaraku, pertemuan terakhir ini pun memiliki akhir dan kita telah sampai padanya. Terimakasih. Terimakasih semuanya. Terimakasih juga buat semua yang diberikan selama ini. Semoga ini menjadi memori indah, sebagai pemanis kisah.
Biarlah hujan terus turun menghujam tanah yang pasrah. Mengiringi langkah gontai tertatih perih. Tapi bagaimanapun diri ini harus terus melangkah melewati. Karena dibalik gelapnya malam dan derasnya hujan, akan ada sebuah kepastian menanti. Ini dia, janji di malam yang sunyi.
1 komentar:
jahat banget ih sama friska!
Posting Komentar