Sabtu, 06 April 2013

Skyfall

Entah untuk kesekian kalinya film James Bond gue tonton, bagi gue film agen 007 ini selalu syarat akan makan dan arti disamping emang yang main keren dan ceweknya cakep-cakep. Hahaha. Terkhusus semenjak Daniel Craig yang maen, dengan judul Skyfall yang paling anyar, makin demen aja gue sama nih film. Beda sama film agent lainnya, let say Bourne atau Mission Impossible. Tapi tenang gue bukan pengen bikin resensi atau jadi kritikus film, hanya sekadar mengambil hikmah aja.  Karena ada temen gue yang bilang, kalo ternyata film itu bisa jadi sumber belajar buat kita.

Film james bond menurut gue cool aja tanpa perlu harus banyak gimmick atau effect  aneh-aneh.  Gak kayak Mission Impossible Good Die to Die Hard, yang menurut gue malah gak lebih bagus daripada yang sebelumnya.  Kesukaan gue sama film James Bond itu sama kayak sukanya gue ke kopi.  Bukan sembarang kopi.  Kopi yang gue maksud adalah campuran espresso, cokelat panas pekat dan susu berbuih.  Untuk beberapa gerai menyebutnya caffe mocha.  Gak begitu manis, malah mengarah pahit. Ya, sepahit hidup.

James Bond dan Caffe Mocha menurut gue punya keasamaan, sama-sama kuat, tanpa kompromi atau basa-basi, tanpa bermanis-manis, langsung pada focus yang dimaksud.  Liat aja cara James Bond ngomong, even dia lagi ngerayu cewek aja pake kata-kata penuh arti, tapi somehow naik ke ranjang tuh ceweknya. Hahaha. Kayak waktu di Tomorrow Never Dies, si James ngegombal : “ I always enjoyed learning a new tongue”, dan dibales sama Moneypenny : “You always were a cunning linguist, James”. Ya itulah James Bond.

Tapi sayang Ian Fleming gak pernah menceritakan James Bond minum kopi, di setiap film yang ada, setau gue dia selalu mesen minum dan bilang “three measures of Gordon's, one of vodka, half a measure of Kina Lillet. Shake it over ice, and add a thin slice of lemon peel”, di Casino Royale waktu dia lawan Le Chiffre di meja judi atau waktu di Quantum of Solace pas dia sama Mathis lagi ngobrol.

Anyway, ngomongin James Bond berarti gak lepas dari film teranyarnya yaitu SkyFall.  Menurut gue, sepanjang Daniel Craig yang main, yang paling keren tuh Casino Royale, tapi yang paling penuh arti tuh SkyFall.  Gak heran kalo film ini memcah film paling laris se Britania Raya. SkyFall ngajarin tentang sesuatu, mulai dari film main sampai berakhir.  Gue terkesan saat si James Bond berantem di atas kereta, trus si Eve mau nembak musuhnya dalam rangka bantuin James Bond.  Dia konfirmasi ke Head Quarter, bahwa she don’t have a clear shot. M lalu nanya bisa gak pindah tempat cari posisi bagus.  Dia bilang gak bisa karena gak ada waktu, sebentar lagi kereta bakal masuk terowongan panjang. Semua percakapan itu ada di earphone nya Bond.  Pertaruhan terberat  adalah si Bond bisa ketembak. Nah saat udah makin kepepet  si M emak-emak bos nya Bond bilang “take a bloody shot”. Eh kenalah si Bond, jatoh ke sungai.

Bond akhirnya menikmati ‘kematiannya’.  Dia berada di sebuah tempat, kerjanya bersenang-senang menoca melupakan masa lalu yang pahit dengan sesekali merasakan bekas tembakan yang perih dan sakit.  Hingga suatu saat Bond ngeliat markasnya diserang terror dan M sebagai boss dalam bahaya.  Akhirnya dengan dasar dedikasi dan “cinta” sama kenangan masa lalu, kembalilah dia.  Tiba-tiba muncul di rumah M untuk report for duty.

Terjadi sedikit adu omong antara Bond dan M.  Bond agak kesel kenapa M gak percaya dan kasih waktu ke dia buat ngalahin musuh di atas kereta. M jawab, “Lo berharap gue minta maaf? Lo tau kan permainan ini? Kita udah lama main dan lo tau konsekuensinya.” Akhirnya Bond ngalah dan jalanin recovery sebelum bertugas kembali.
Dari cerita ini, pikiran gue berputar ke belakang.  Dari konteks ceritanya gue jadi belajar akan sesuatu.  Ketika gue berhubungan dengan seseorang, diawali rasa saling percaya, saling mendukung, saling membantu, dan mengerti keadaan satu sama lain.  Gue selalu berdiri paling depan jika ada masalah, menolong sebisa mungkin, dan berkorban atas segala reputasi yang ada.

Semua berjalan seperti ceritanya Bond.  Semua suka duka dilewatin bareng. Segala keluh kesah selalu tercurah. Segala sanjung puji tak pernah luput dan lupa.  Hingga pada suatu saat ada keadaan yang cukup krusial.  Dia seperti berada dipersimpangan jalan, kayak posisi M disaat Bond di atas kereta. Ada sebuah masalah yang harus diputuskan.  Dalam pada itu, Gue cukup yakin bahwa dalam benaknya terbersit rasa untuk kasih gue kesempatan menyelesaikan semua ini. Gue pun dengan penuh kesadaran mencoba berfikir jernih untyk mengurai benang kusut ini.  Tapi mungkin dia terburu waktu, tak ada ruang untuk toleransi, tak ada tempat untuk terus berekspektasi, hingga akhirnya perintah yang keluar sama konteksnya dengan yang dibilang M. take a bloody shot. Bet! Ilang lah gue. Jauh entah kemana.

Sampai pada suatu malam gue menemukan diri gue.  Nun jauh disini, sendiri.  Menoba kembali membuka masa lalu sambil merasakan sakit dan perih.  Gue coba bangun silaturahmi.  Tapi apa yang terjadi?  180 derajat berbeda sama Bond.  Gue seakan sudah gak punya tempat dipikirannya, apalagi hatinya.  Dia seakan lupa ingatan, layaknya flash drive abis di format.  Gue coba untuk restore puing-puing data yang berisi kenangan, tapi udah gak compatible.  Semua pertanyaan kunci yang biasanya bisa menembus relung hati, sudah gak bisa meng-enkripsi lagi.  Password ditolak, firewall berlapis.  Kalo aja gue gadget nya mungkin udah dibuang atau dijual murah. Kesian.

Mungkin gue nya yang terlalu pede bisa kembali ke tempat awal seperti sedia kala.  Mungkin  gue juga yang terlalu naïf sama permainan ini.  Kita sudah lama bergelut dalam lingkaran setan macam ini, kita sama-sama tahu konsekuansinya.  Dan sekali lagi mungkin gue yang gak tau diri.
Ternyata cerita idola gue si James Bond gak berlaku dalam hidup gue.  Dengan alasan dedikasi dan cinta ternyata sudah gak bisa diterima. Gue harus rela.  Rela menikmati ‘kematian’.  Lalu jika pertanyaannya sekarang dibalik, jika gue yang diminta suatu saat nanti untuk kembali, apakah gue akan berlaku seperti Bond?  Ketika waktu dia ditanya M di akhir film Casino Royal : “I need you back, Bond”, dan Bond menjawab : “I never left”.

Dengan semua keadaan ini, dengan semua asumsi negasi, dengan lelucon berisi caci maki?


Baru saja kusaring rembulan dan menyeduhnya dengan sisa air hujan yang tak hendak kuhidangkan, namun kan kusimpan dalam cangkir kenangan (Djenar Maesa Ayu).


Tidak ada komentar: