Selasa, 26 Agustus 2014

Frozen Lake


Dua minggu ini gue menjalani kehidupan yang bener-bener baru. Gue punya kantor baru. Gue punya tim baru. Gue punya tanggung jawab baru. Selain itu gue juga jadi mahasiswa baru. Punya temen baru. Punya siklus biologis baru. Hampir sebagian besar aktivitas hari-hari gue baru. Dan selama dua minggu ini hal baru itu gue rasa lebih menyenangkan dari pada yang sebelumnya. Semua lebih dinamis. Semua lebih menantang. Puji syukur Alhamdulillah.

Namun, seperti teori yang ada, kalau ada sesuatu yang baru kayak gini, pasti dikompensasi dengan mengorbankan sesuatu yang lama. Waktu. Yap, betul banget. Di kehidupan yang baru ini gue harus memulai aktivitas dari jam 7 pagi sampe jam 10 malem. Belum ditambah acara makan malem bersama ama temen kampus yang kelaparan setelah debit kredit yang tak berujung imbang atau belajar lagi untuk refreshment materi kuliah yang ada. Implikasi yang gue sangat sayangkan adalah gue gak bisa nonton film serial kesukaan gue. Gue paham pasti ekspektasi lo jauh lebih tinggi daripada film serial, tapi ingat ekspektasi terlalu tinggi kadang menyakitkan jika itu tidak jadi kenyataan. Eat that, Bro…!!! #salamjebret

Balik lagi ke fim serial. Akhir-akhir ini banyak banget film serial yang lagi digandrungi. Sebut aja Glee, How I Met Your Mother, Grey’s Anatomy, CSI dan kawan-kawannya. Semua fim itu banyak banget DVD nya, file bisa di download dengan mudah di Indowebster, dan bahkan ada komunitasnya jadi setiap ada update session bisa langsung tahu dan kemudian jadi bahan gossip mereka. Tapi dari semua film itu gak ada satupun yang menarik hati gue. Gue coba ikutin tapi gak asik aja. Gue pun punya jagoan film serial sendiri, yaitu NCIS LA, Hawaii Five-O, dan Blacklist (pastinya disamping Ganteng Ganteng Serigala, noted). Ini antimainstream, susah cari DVD nya, gue coba download di Indowebster dan kawan-kawannya susah ketemu, dan gak banyak orang yang bisa diajak ngobrol tentang 3 film serial kesukaan gue ini.  Jadi ya dinikmati sendiri lah. Kecuali Ganteng Ganteng Serigala, ada pembantu gue yang 15 menit film dimulai udah anteng depan TV. Dia kira bioskop.

Hari minggu ini akhirnya gue bisa nonton lagi serial kesukaan gue setelah 2 minggu bertubi-tubi gue pulang malem dan ujian setiap minggunya di kampus. Meskipun re-run nya cuma NCIS LA, tapi paling gak udah bisa mengejar ketertinggalan gue selama 2 minggu, secara gue juga gak bisa dapetin sumber film itu. Sedih memang. Sesedih hati gue. #curhat

Anyway, dari semua kesedihan itu, gue memang punya alasan tersendiri dan cukup kuat mengapa gue mengidolakan film serial ini dibandingkan dengan orang lain. Film-film ini berkarakter, bukan cuma pemainnya tapi juga ceritanya. Mereka sering banget menggunakan metafora yang keren dalam membangun pesan cerita didalamnya. Yang terakhir gue nonton di hari minggu kemarin adalah NCIS LA dengan sub tema minggu itu Frozen Lake.

Awalnya gue gak terlalu menyadari dan memahami istilah ini pas di awal gue nonton. Tebakan gue paling gak jauh dari tempat musuh bersembunyi, senjata pemusnah masal, atau nama misi rahasia. Namun, itulah NCIS, selalu tak tertebak dan mengejutkan. Ternyata Frozen Lake sebuah metofora hubungan antara Deeks dan Kensi. Dua dari empat tokoh utama yang selalu berantem berselisih paham, suka berantem, dan suka saling ejek. Namun mereka berdua adalah partner sejati yang kompak dalam menjalankan misi.

Singkat cerita Deeks dan Kensi ini punya sebuah ikatan yang cukup kuat. Mereka gak mau salah satu diantara mereka ada yang terluka karena mereka partner sejati. Contoh nyatanya ketika ada scene si Kensi lagi ditodong senjata sama penjahat dari belakang, sementara itu si Deeks mencoba menolong. Kensi udah nyuruh Deeks buat nembak, namun kali ini gak dilakukannya. Karena apa? Karena Kensi adalah Frozen Lake-nya Deeks.

“Your frozen lake is the name for what you want the most in the world and you want it, you want it so bad that you’ll do anything to get it. Then your heart takes over and because of that it destroys you in the end..” kata Kensi  kasih tau Deeks, ketika mereka berantem nenyalahkan satu sama lain kenapa itu penjahat lolos. Kensi gak terima penjahat lolos, namun Deeks membela diri dia gak dapet ruang tembak.

Itulah Frozen Lake.  Setiap orang punya Frozen Lake-nya masing-masing. Layaknya Kensi dan Deeks. Layaknya gue. Layaknya semua orang yang ada di dunia ini. Semua pasti punya keinginan yang sangat besar terhadap sesuatu yang mereka impikan untuk miliki, berusaha mati-matian untuk mendapatkannya, namun kadang karena ketergesaannya itu pada akhirnya semua hancur berantakan.

Kita bisa ambil contoh dikehidupan kita sehari-hari. Ketika lo mau buru-buru pergi ke kantor, namun tanpa disangka ada truk terbalik, akhirnya sekeras apapun lo mencoba nerobos jalan tetep aja telat untuk sampe di tempat tujuan dari waktu yang udah lo estimasikan.

Sama halnya kayak lo lagi mengejar deal besar sama klien, ketika ada suatu hal terjadi sehingga menghambat proses dealing, akhirnya sekeras apapun lo mencoba tetep aja dealing itu akan sedikit tertunda, meskipun tetap jadi kenyataan.

Sama halnya kayak gue yang mencoba cari pekerjaan baru, kemudian dipanggil untuk interview, bahkan ke perusahaan yang gak gue apply, tapi karena gue lagi bertugas di Makasar, akhirnya sekeras apapun gue mencoba tetep aja gue gak bisa dengan segera memulai proses seleksinya sampe gue balik ke Jakarta.

Sama halnya ketika dari dulu gue pengen banget melanjutkan S2, tapi karena satu dan lain hal, akhirnya sekeras apapun gue mencoba gue baru bisa masuk kuliah tahun ini.

Sama halnya ketika lo mau menjalani sebuah hubungan dengan orang lain, tapi ada sesuatu yang menghalangi, ada sesuatu yang mengganjal, ada cerita masa lalu yang jadi pembelajaran (atau bahkan pertimbangan), akhirnya sekeras apapun lo mencoba lo gak bisa memulai itu semua karena lo gak punya cukup keyakinan.

Apa kira-kira yang terjaid kalo 4 kejadian di atas kita paksain untuk terjadi?

Kemungkinan terbesarnya adalah mobil lo lecet atau baret baret karena senggolan sama motor.

Klien lo ngambek karena lo terkesan sangat ambi (ini istilah terkini yang baru gue dapet yang artinya ambisius) sehingga klien lo ilfil dan meninggalkan lo.

Gue mungkin sangat tidak efektif dan efisien pulang pergi Jakarta – Makasar hanya untu interview awal, meninggalkan kerjaan gue disana, dan berbuntut panjang terhadap performance.

Gue mungkin gak bakal dapet temen kuliah seseru dan seantusias ini.

Lo mungkin akan menjalani hubungan yang dimana fondasinya sendiri gak cukup kuat untuk menopang segala kisah lo selanjutnya, sehingga lo harus mengeluarkan effort yang cukup besar untuk meneguhkannya sehingga fondasi itu tertancap kuat tak tergoyahkan, atau bagian terburuknya, yang mana kita gak mau semua itu terjadi, roboh di tengah jalan.

Kalau aja gue tergesa. Kalau aja gue memaksa. Kalau aja kita gak sabar. “It destroys you in the end..”

Terus gimana caranya kita bisa dapetin itu semua? Mengambil sesuatu yang sangat teramat kita impikan in the middle of Frozen Lake? Karena kalo lo bisa mencapai itu kualitas hidup lo bisa aja jauh lebih baik. Apa kita mundur dan menyerah?

"There is only one way to cross a frozen lake.. Do not run. Walk slowly. Stop to look at everything. Take your time. It will wait for you.” Deeks akhirnya mendapat jawaban dari Thapa, seorang Gurkha (ksatria India), seorang patriot yang sangat bijaksana.

Kadang kita memang tidak perlu berlari kencang. Cukup berjalan perlahan.  Sampai teguh penuh keyakinan. Jangan tergesa dan terburu, menghancurkan lapisan tipis es membeku, dan menenggelamkan semua asa hingga akhirnya impian itu tetaplah semu.

Semua yang kita inginkan – masih dan akan selalu – menunggu  disana. Semua yang menjadi rezeki dan milik kita, akan diberikan oleh Tuhan pada waktunya.

Walalakhiirotu khoirul laka minal ‘ulaa
Dan yang akhir bagimu lebih baik dari pada yang awal (mula)
(QS Ad-Dhuha, 4)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

nice share bor, anyway gue setuju tiap orang punya frozen lake nya (in most case, mungkin, seseorang yang lo pengen banget ada di kehidupan lo), but sometimes what you want most isn't what you need. Jadi nikmatin aja kali yaa apapun itu, setiap pertemuan, perpisahan, pasti akan jadi satu pembelajaran dalam hidup. Its start with a chapter and end with another chapter begin. salam jebret! -Rizkyhq-