Terpesonaku saat pandang pertama
Senyum manis tulusmu tetiba beruntai kata
Heran.. Menjadikan pikiranku penuh kata tanya
Tentang hidupmu yang sebenarnya
Ternyata kau pernah menyesap getir kecewa
Namun kau tetap tegar berdiri disana
Meski ku tahu hatimu hancur hampir tak bernyawa
Namun senyum tersungging tak lepas dari parasmu yang manis tersimpul tawa
Wahai Adinda..
Ku tahu kau bukan miliku kini atau mungkin selamanya
Namum beribu kagumku padamu tak pernah hilang sirna
Karna kulihat dari dalam dirimu jiwa yang tak pernah putus asa
Mungkin jalan hidup kita berbeda
Mungkin memang kita tak bisa bersatu bersenyawa
Mungkin berjumpaan kita tak tepat waktu dan tempatnya
Mungkin ini bukan untuk kita
Tetaplah menjadi sahabatku yang penuh ceria
Tetaplah menjadi sahabatku yang penuh canda tawa
Tetaplah menjadi penyemangatku tatkala ku lemah tak berdaya
Tetaplah menjadi inspirasiku saat ku lunglai putus asa
Wahai dirimu..
Yang pernah mengusik hidupku
Memecah mozaik yang kususun dari butiran debu
Sekarang kita saling diam membisu
Berkecamuk hati tak menentu, meskipun kita saling tahu artinya itu
Kita memandang langit yang sama
Berpikir apakah kita bisa bersama selamanya
Untuk sekadar berbagi cerita
Dan bahkan menuntun hidup ke arah yang sama
Maafkan ku yang telah buta
Maafkan ku yang tak sopan jatuh cinta
Terkadang kita tak perlu memaksa menjadi utama
Cukup menjadi yang kedua, mengantarmu bahagia
Sahabatmu..
Temanmu..
Musuhmu..
Mungkin (bukan) belahan jiwamu..
Aku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar