Minggu, 10 Juli 2016

Misteri Ramadhan


Buat gue bulan Ramadhan selalu memiliki daya magis tersendiri. Daya magis tersebut menjawab berbagai misteri dalam hidup ini, yang gak gampang diterima nalar logika. Pada akhirnya, daya magis tersebut, yang menjawab semua misteri itu, membuat gue tersenyum dengan penuh syukur. Paling tidak, contoh nyata dari 5 Ramadhan terakhir yang gue lalui.



Ramadhan 2012, ketika gue baru lulus S1, di bulan Ramadhan gue menjalani proses pencarian kerja yang begitu cepat dan mudah hingga akhirnya gue diterima di salah satu perusahaan FMCG terkemuka di Indonesia. Gak tanggug-tanggung 2 bulan setelah gue diterima, gue dikirim ke Makassar untuk bertanggung jawab terhadap Training and Development  di Regional Timur Indonesia.



Setahun kemudian, pada Ramadhan 2013, ketika gue cukup ‘bosan’ dan hampir putus semangat, karena gue butuh tantangan lain setelah keliling Indonesia Timur, gue  memanfaarkan momentum Ramadhan untuk memohon sama Dia sebulan penuh. Jawabannya pun manis.  Gue dikirim balik ke Jakarta. Menempati 1 posisi baru. Bertanggung jawab sama semua hal yang berkaitan dengan Field Promotion Management.



Selanjutnya, tahun 2014, satu keputusan besar gue ambil di bulan Ramadhan. Kejadian ini terjadi waktu gue balik ke Jakarta, tiba-tiba ada senior gue yang merupakan Marketing Manager di sebuah perusahaan besar ngajak ketemu, ngopi-ngopi dan 2 hari kemudian sekertaris dia minta CV gue dan set appointment untuk interview minggu depannya. Prosesnya pun begitu cepat sehingga Ramadhan 2014 menjadi bulan terakhir gue bekerja di kantor pertama dalam karir gue.  Setelah lebaran gue berkantor di perusahaan baru, dengan tanggung jawab baru, dan dengan tantangan yang baru.



Lain lagi ketika Ramadhan 2015. Sebuah drama, yang mengalahkan segala drama yang ada di FTV atau novel manapun. Singkat cerita gue kehabisan dana untuk membiayai S2 gue karena satu dan lain hal – gue akan cerita tentang hal ini dikesempatan lain sebagai pelajaran hidup. Gaya gue emang bikin eneg. Mohon dimaafkan. Lanjut cerita, setelah berbulan-bulan apply KTA ke hampir semua bank yang beroperasi di Indonesia, tapi apa daya jawaban yang dinanti tak kunjung ada. Sampai 1 minggu setelah lebaran, yang juga merupakan minggu terakhir batas pembayaran kuliah, gak ada 1 pun bank yang telepon untuk setidaknya melakukan verifikasi data. Yang data hanya SMS permintaan maaf bahwa bank tersebut belum bisa mengabulkan permintaan, ucapan terima kasih, dan semangat untuk mencoba lagi di lain kesempatan. 



Tapi kemudian, 2 hari sebelum batas pembayaran ditutup, ada 1 bank yang akhirnya telepon gue, mencocokan data, dan di akhir pembicaraan sama mas-analisis-kredit-yang-baik-hati itu ada sebuah kalimat paling syahdu yang gue denger, “Baik pak sekitar 2 jam lagi dananya akan kami transfer”.  Setealah gue inget-inget, bank yang mengabulkan permohonan KTA gue adalah satu-satunya bank yang terlewat selama ini dan baru gue apply di bulan ramadhan. Amazaing!



Terus apa kabar Ramadhan 2016? Masih sama dengan Ramadhan sebelumnya, bahwa Ramadhan kali ini juga punya daya magis untuk menguak sebuah misteri. Di bulan Ramadhan ini gue bisa menjalani sidang Thesis gue dengan lancar dan lulus dengan hasil yang memuaskan. 1 mingu sebelum lebaran, ada slip merah yang dikasih sama boss gue, bertuliskan bonus, yang begitu gue sobek dan ngintip sedikit, Alhamdulillah nilainya bisa buat modal nikah.



Tapi cerita tentang Ramadhan 2016 gue gak berhenti sampai disitu. Ramadhan tahun ini betul –betul berbeda. Selama setidaknya 10 tahun terakhir, correct me if I’m wrong, baru gue jumpai Ramadhan berjumlah 30 hari gara-gara si Hilal di malam ke 29 belum terlihat. Biasanya si Hilal gak keliatan di awal Ramadhan. Tapi mungkin karena dia butuh eksistensi dan biar dicari-cari, akhirnya dia bersembunyi. Ya udah gak apa-apa, ikhlasin aja. Si Hilal emang suka gitu.



Anyway, mungkin bagi sebagian orang hal ini biasa aja. Mungkin bagi sebagian orang hal ini bikin males karena harus menahan lapar dan haus satu hari lagi, karena santap opor dan ketupatnya tertunda, karena jeratan pertanyaan ‘kapan lulus?’, ‘kapan nikah?’, ‘kapan punya anak?’ dan pertanyaan yang menciptakan drama satu hari penuh saat Lebaran jadi semakin lama untuk dilewati, dan berbagai macam alasan lain yang mungkin ada.



Namun berbeda sama gue yang mensyukuri Ramadhan ini jadi 30 hari. Bukan karena gue dengan sempurna memahami keistimewaan Ramadhan. Bukan karena gue mengharapkan untuk dapat pahala sunnah menjadi wajib, dan pahala wajib menjadi 70 kali lipat jadi lebih lama. Bukan karena gue masih mau bersedekah lebih banyak lagi. Bukan karena gue bisa mengkhatamkan Al-Quran sekali lagi. Bukan karena gue punya kesempatan buat I’tikaf. Bukan karena gue masih berharap mendapatkan malam lailatul qadr – yang gue sendiri menyerahkan itu sama Dia yang Maha Menentukan. Memang itu keistimewaan Ramadhan yang gue dan semua orang harapkan. Tapi mungkin kalau itu yang menjadi alasan utama gue, kayaknya terlalu naïf sama diri gue yang masih banyak dosa dan lupa.



Alasan gue masih begitu sederhana, mungkin masih begitu rendah di mata Tuhan. Alasan gue karena di Ramadhan ini, gue belum bisa banyak bersyukur sama rezeki yang dikasih Tuhan selama 11 bulan sebelumnya, termasuk rezeki yang luar biasa yang gue dapet selama bulan Ramadhan. Alasan gue karena gue belum menjadikan Ramadhan ini jadi momentum gue untuk setidaknya menyingkir dari hingar bingar dunia yang gue jalani selama 11 bulan sebelumnya. Alasan gue karena gue belum menghormati Ramadhan sebagai bulan paling suci yang ditetapkan Tuhan.



Alasan gue karena gue masih punya kesempatan untuk menguak sebuah misteri yang menghantui kepala gue.

Alasan gue karena gue mau memnafaatkan daya magis Ramadhan untuk menjawab misteri itu.



Sekarang, gue berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Gue berada dalam posisi yang penuh dengan tanda tanya. Gue berada dalam posisi bimbang entah harus kemana dan berbuat apa. Gue berada dalam posisi untuk ikhlas menerima kenyataan yang ada. Gue dalam posisi untuk menahan amarah dan kecewa sekuat tenaga.



Tapi gue sangat yakin, keadaan ini hanya seperti hilal yang belum terlihat di malam 29 sehingga mengharuskan kita menggenapkan ibadah 1 hari lagi. Setelah itu, bisa dipastikan hilal akan terlihat dan hari Lebaran pun tiba.



Sehingga gue pun yakin bahwa yang gue harus lakukan adalah menggenapkan usaha dan doa. Bersabar sedikit lebih lama. Lalu kemudian dengan sangat yakin akan mendapatkan jawaban terbaik dan terindah dari Dia. Gue yakin, Ramadhan itu luar biasa.



Semoga Allah menerima ibadah dan puasa kita.

Semoga kebaikan akan selalu menaungi kita.

Semoga kita digolongkan ke dalam orang-orang yang kembali suci dan orang-orang yang menang.

Mohon maaf lahir dan batin.

Selamat Lebaran, selamat liburan, selamat berkumpul dengan keluarga.

Tidak ada komentar: