Buat gue bulan Ramadhan selalu
memiliki daya magis tersendiri. Daya magis tersebut menjawab berbagai misteri
dalam hidup ini, yang gak gampang diterima nalar logika. Pada akhirnya, daya
magis tersebut, yang menjawab semua misteri itu, membuat gue tersenyum dengan
penuh syukur. Paling tidak, contoh nyata dari 5 Ramadhan terakhir yang gue
lalui.
Ramadhan 2012, ketika gue baru lulus
S1, di bulan Ramadhan gue menjalani proses pencarian kerja yang begitu cepat
dan mudah hingga akhirnya gue diterima di salah satu perusahaan FMCG terkemuka
di Indonesia. Gak tanggug-tanggung 2 bulan setelah gue diterima, gue dikirim ke
Makassar untuk bertanggung jawab terhadap Training and Development di
Regional Timur Indonesia.
Setahun kemudian, pada Ramadhan
2013, ketika gue cukup ‘bosan’ dan hampir putus semangat, karena gue butuh
tantangan lain setelah keliling Indonesia Timur, gue memanfaarkan momentum Ramadhan untuk memohon
sama Dia sebulan penuh. Jawabannya pun manis. Gue dikirim balik ke Jakarta. Menempati 1
posisi baru. Bertanggung jawab sama semua hal yang berkaitan dengan Field
Promotion Management.
Selanjutnya, tahun 2014, satu
keputusan besar gue ambil di bulan Ramadhan. Kejadian ini terjadi waktu gue
balik ke Jakarta, tiba-tiba ada senior gue yang merupakan Marketing Manager di
sebuah perusahaan besar ngajak ketemu, ngopi-ngopi dan 2 hari kemudian
sekertaris dia minta CV gue dan set appointment untuk interview minggu
depannya. Prosesnya pun begitu cepat sehingga Ramadhan 2014 menjadi bulan
terakhir gue bekerja di kantor pertama dalam karir gue. Setelah lebaran gue berkantor di perusahaan
baru, dengan tanggung jawab baru, dan dengan tantangan yang baru.
Lain lagi ketika Ramadhan 2015.
Sebuah drama, yang mengalahkan segala drama yang ada di FTV atau novel manapun.
Singkat cerita gue kehabisan dana untuk membiayai S2 gue karena satu dan lain
hal – gue akan cerita tentang hal ini dikesempatan lain sebagai pelajaran
hidup. Gaya gue emang bikin eneg. Mohon dimaafkan. Lanjut cerita, setelah
berbulan-bulan apply KTA ke hampir semua bank yang beroperasi di
Indonesia, tapi apa daya jawaban yang dinanti tak kunjung ada. Sampai 1 minggu
setelah lebaran, yang juga merupakan minggu terakhir batas pembayaran kuliah,
gak ada 1 pun bank yang telepon untuk setidaknya melakukan verifikasi data.
Yang data hanya SMS permintaan maaf bahwa bank tersebut belum bisa mengabulkan
permintaan, ucapan terima kasih, dan semangat untuk mencoba lagi di lain
kesempatan.
Tapi kemudian, 2 hari sebelum batas
pembayaran ditutup, ada 1 bank yang akhirnya telepon gue, mencocokan data, dan
di akhir pembicaraan sama mas-analisis-kredit-yang-baik-hati itu ada sebuah
kalimat paling syahdu yang gue denger, “Baik pak sekitar 2 jam lagi dananya
akan kami transfer”. Setealah gue
inget-inget, bank yang mengabulkan permohonan KTA gue adalah satu-satunya bank
yang terlewat selama ini dan baru gue apply di bulan ramadhan. Amazaing!
Terus apa kabar Ramadhan 2016? Masih
sama dengan Ramadhan sebelumnya, bahwa Ramadhan kali ini juga punya daya magis
untuk menguak sebuah misteri. Di bulan Ramadhan ini gue bisa menjalani sidang
Thesis gue dengan lancar dan lulus dengan hasil yang memuaskan. 1 mingu sebelum
lebaran, ada slip merah yang dikasih sama boss gue, bertuliskan bonus, yang
begitu gue sobek dan ngintip sedikit, Alhamdulillah nilainya bisa buat modal
nikah.
Tapi cerita tentang Ramadhan 2016
gue gak berhenti sampai disitu. Ramadhan tahun ini betul –betul berbeda. Selama
setidaknya 10 tahun terakhir, correct me
if I’m wrong, baru gue jumpai Ramadhan berjumlah 30 hari gara-gara si Hilal
di malam ke 29 belum terlihat. Biasanya si Hilal gak keliatan di awal Ramadhan.
Tapi mungkin karena dia butuh eksistensi dan biar dicari-cari, akhirnya dia
bersembunyi. Ya udah gak apa-apa, ikhlasin aja. Si Hilal emang suka gitu.
Anyway, mungkin
bagi sebagian orang hal ini biasa aja. Mungkin bagi sebagian orang hal ini
bikin males karena harus menahan lapar dan haus satu hari lagi, karena santap
opor dan ketupatnya tertunda, karena jeratan pertanyaan ‘kapan lulus?’, ‘kapan
nikah?’, ‘kapan punya anak?’ dan pertanyaan yang menciptakan drama satu hari
penuh saat Lebaran jadi semakin lama untuk dilewati, dan berbagai macam alasan
lain yang mungkin ada.
Namun berbeda sama gue yang mensyukuri
Ramadhan ini jadi 30 hari. Bukan karena gue dengan sempurna memahami
keistimewaan Ramadhan. Bukan karena gue mengharapkan untuk dapat pahala sunnah
menjadi wajib, dan pahala wajib menjadi 70 kali lipat jadi lebih lama. Bukan
karena gue masih mau bersedekah lebih banyak lagi. Bukan karena gue bisa
mengkhatamkan Al-Quran sekali lagi. Bukan karena gue punya kesempatan buat
I’tikaf. Bukan karena gue masih berharap mendapatkan malam lailatul qadr – yang gue sendiri menyerahkan itu sama Dia yang Maha
Menentukan. Memang itu keistimewaan Ramadhan yang gue dan semua orang harapkan.
Tapi mungkin kalau itu yang menjadi alasan utama gue, kayaknya terlalu naïf
sama diri gue yang masih banyak dosa dan lupa.
Alasan gue masih begitu sederhana,
mungkin masih begitu rendah di mata Tuhan. Alasan gue karena di Ramadhan ini,
gue belum bisa banyak bersyukur sama rezeki yang dikasih Tuhan selama 11 bulan
sebelumnya, termasuk rezeki yang luar biasa yang gue dapet selama bulan
Ramadhan. Alasan gue karena gue belum menjadikan Ramadhan ini jadi momentum gue
untuk setidaknya menyingkir dari hingar bingar dunia yang gue jalani selama 11
bulan sebelumnya. Alasan gue karena gue belum menghormati Ramadhan sebagai
bulan paling suci yang ditetapkan Tuhan.
Alasan gue karena gue masih punya
kesempatan untuk menguak sebuah misteri yang menghantui kepala gue.
Alasan gue karena gue mau
memnafaatkan daya magis Ramadhan untuk menjawab misteri itu.
Sekarang, gue berada dalam posisi
yang kurang menguntungkan. Gue berada dalam posisi yang penuh dengan tanda
tanya. Gue berada dalam posisi bimbang entah harus kemana dan berbuat apa. Gue
berada dalam posisi untuk ikhlas menerima kenyataan yang ada. Gue dalam posisi
untuk menahan amarah dan kecewa sekuat tenaga.
Tapi gue sangat yakin, keadaan ini
hanya seperti hilal yang belum
terlihat di malam 29 sehingga mengharuskan kita menggenapkan ibadah 1 hari
lagi. Setelah itu, bisa dipastikan hilal
akan terlihat dan hari Lebaran pun tiba.
Sehingga gue pun yakin bahwa yang gue
harus lakukan adalah menggenapkan usaha dan doa. Bersabar sedikit lebih lama. Lalu
kemudian dengan sangat yakin akan mendapatkan jawaban terbaik dan terindah dari
Dia. Gue yakin, Ramadhan itu luar biasa.
Semoga Allah menerima ibadah dan
puasa kita.
Semoga kebaikan akan selalu menaungi
kita.
Semoga kita digolongkan ke dalam
orang-orang yang kembali suci dan orang-orang yang menang.
Mohon maaf lahir dan batin.
Selamat Lebaran, selamat liburan,
selamat berkumpul dengan keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar